Baru-baru ini, gue abis baca buku perang yang gue pinjem
dari temen. Tapi sebenernya salah besar kalo gue bilang ini buku cuma bermanfaat
buat perang doang. Kalo boleh jujur, buku ini mengubah banyak perspektif gue, baik
itu tentang aktivitas gue sebagai mahasiswa, bisnis, dan pekerjaan. Well, buku apakah itu?
JENGJENGJENG
“The Art of War by
Sun Tzu”
Sedikit fakta unik tentang buku ini, meskipun buku ini
dibuat ribuan tahun yang lalu oleh salah satu pembuat strategi perang paling
keren di Cina, tapi buku ini jadi bacaan wajib buat murid MBA di banyak negara,
selain itu jadi bacaan wajib juga ketika lo masuk ke akademi militer.
Hal yang pasti adalah: Buku ini keren banget gila! Dan di
sini gue bakal share insight yang gue dapet dari buku ini (gua
dapet bantuan ngerangkum buku bagus ini berkat FightMediocrity).
“Know your enemy and know yourself. And you can fight a hundred battles without disaster”
Oke, garis bawahi kata “know your enemy”. Di sini, anggap
musuh lo adalah hal-hal yang akan menjadi obstacle
dalam mencapai tujuan lo. Contohnya adalah misalnya lo pengen masuk ke
organisasi kayak OSIS di kampus lo. Nah, biasanya, ketika ada open recruitment,
bakal ada wawancara di mana lo akan ditanya hal terkait organisasi tersebut.
Hal ini terjadi pada gue beberapa waktu yang lalu, gue ditanya visi dan misi organisasi
yang gue pengenin masuk. Bayangkan gimana kikuk-nya gue ketika ditanya hal
seperti itu kalau gue sama sekali gatau visi dan misi organisasi yang gue pengenin.
Kesalahan gue pada saat itu adalah gue lupa dan gak research terlebih
dahulu pengetahuan gue tentang organisasi yang gue pengenin. Untungnya.
karena beberapa waktu lalu gue aktif baca-baca dan ikut kegiatan organisasi
tersebut, jadi gue sedikit-banyak tahu tentang garis besar visi, misi dan
program kerja organisasi tersebut.
Hal kayak gini harusnya bisa lo aplikasikan lebih luas lagi.
Seperti misalnya lo mau wawancara kerja, mau nyari sponsor, mau ngajar bimbel,
atau sesimpel mau nawar abang-abang yang jualan baju yang lo pengen tawar
dengan harga murah. Lo harus tau “musuh” lo. Bukan berarti lo mengaggap mereka literally adalah musuh lo. Ini cuma diibaratkan
kaya gitu aja supaya mempermudah lo untuk mencapai tujuan lo. Seperti quotes
awalnya, ketahui musuh lo dan lo akan bisa memenangkan 100 pertempuran tanpa
kesulitan.
Nah selain lo harus tau musuh lo, lo juga harus tau tentang
diri lo sendiri. Ketika wawancara kerja, lo pasti bakal disuruh untuk
menceritakan tentang diri lo, dan lo gak bisa berharap diterima hanya dengan
ngejawab...
“Emmm saya itu... Yaaa orang biasa-biasa aja, yang pasti saya akan berusaha dengan keras ketika diterima di perusahaan ini”
Perusahaan akan melihat apakah mereka membutuhkan tenaga
kerja yang pas dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan juga pas dengan jobdesc apa yang lo pengenin. Misal lo
pengen jadi copywriter di suatu web
atau perusahaan. Ya lo harus ceritakan tentang hobi dan passion lo tentang menulis,
pencapaian lo di bidang tulis-menulis, kursus dan seminar yang udah lo ikutin buat
jadi penulis yang baik, dan sebagainya yang memang pas dengan jobdesc yang lo dan
perusahaan pengenin.
Avoid what is strong, attack what is weak.
Hal ini gue ibaratkan seperti ketika
gue lagi main DotA. Ketika main DotA, akan selalu ada bagian support, carry, dan tanker. Sesuai namanya, jobdesc
support itu orang yang men-support
carry, tanker itu orang yang
nerima serangan dari musuh, dan carry
adalah orang yang nyerang musuh. Nah, ketika perang, merupakan sebuah hal yang bodoh
untuk nyerang seorang tanker terlebih
dahulu. Jadi apa yang harus dilakuin? Ya serang yang lemah dulu, support-nya.
Meskipun health point-nya support kecil dan lemah, jika support dibiarin gitu aja, timnya bakal dapet buff dan efek yang
mengerikan. Makannya, selalu serang yang lemah dulu dan hindari yang kuat.
Dalam kehidupan nyata, pengetahuan ini bisa lo pake ketika lo bikin bisnis baru atau pengen menonjol di
pekerjaan lo. Contoh nyatanya gini, dulu gua pernah bikin bisnis fotocopy
soal ulangan. Saat itu kompetitor gue adalah “si engko”. Ya, tukang fotocopy sekolah yang udah biasa jadi
langganan bertahun-tahun jika murid pengen fotocopy soal ulangan tahun lalu. Di
sana gue research tentang strength dan weakness kompetitor gue, lalu gue menemukan kelemahan kompetitor
gue.
Hal yang gue temukan adalah: Sistem mereka kurang efisien dan harganya lumayan mahal untuk kantong murid
SMA. Akan jadi hal yang kurang bijak kalo gue mau menyaingi dan menyerang
kompetitor gue dari aspek yang kuat, sebaliknya gue cari kelemahan kompetitor
gue dan menyerangnya.
Ya, orang harus ngantri lama dulu untuk
fotocopy soal dan harus bayar dengan harga yang lumayan mahal. Akhirnya langsung
deh gue serang kelemahan tersebut. Gue bikin sistem di mana murid bisa pre-order lewat perwakilan murid yang
ada di setiap kelas. Selain itu gue kasih harga lebih murah daripada harga di kompetitor
gua. Hasilnya? Hampir seangkatan beli buku soal gue, dan keuntungannya? Gak usah
ditanya lah ya... Hahahah.
Barusan gue bilang, dengan
pengetahuan ini, lo bisa lebih menonjol dalam pekerjaan. Gimana caranya? Dengan
aware bahwa hal yang harus lo
tonjolin harusnya adalah hal yang kebanyakan orang tuh lemah dalam hal
tersebut. Contohnya, di lingkungan lo, orang-orang tuh gabisa maen musik. Nah,
lo yang tau banyak tentang musik akan cepat menonjol karena lo “menyerang” hal
yang menjadi kelemahan lingkungan lo. Ketika misal lingkungan lo adalah orang yang
jago musik semua, ya lo akan sulit untuk menonjol dalam bidang musik karena hal
itu udah menjadi biasa.
Bukan masalah skill yang lo punya untuk bertarung menghancurkan musuh lo, tapi gimana caranya lo mengalahkan musuh lo tanpa harus bertarung
Oke, tulisan ini akan gua tutup dengan kutipan panjang
yang gua baca di buku Sun Tzu...
“Pada umumnya, metode terbaik dalam menggunakan kekuatan
militer adalah dengan menaklukan seluruh negeri. Namun, menghancurkan negeri
adalah metode yang rendah. Para panglima perang kuno, yang tahu bagaimana
menggunakan kekuatan militer dengan baik, dapat menaklukan tentara musuh tetapi
bukan melalui pertempuran. Mereka menguasai negeri musuh dengan taktik dan
strategi intelegensi. Tujuannya adalah untuk menguasai secara keseluruhan.
Dengan cara ini, para tentara tidak dibunuh dan akhirnya memperoleh barang
rampasan yang besar. Karena itu, seorang jenderal yang memenangkan pertempuran
dengan menghancurkan tentara musuh, bukan seorang panglima perang hebat.
Seorang panglima perang yang luar biasa adalah yang memenangkan pertempuran
dengan memaksa musuh menyerah tanpa berperang dalam pertempuran.”